Header Ads

Mengintip Pesona Keindahan Alam Hutan Batang Toru Di Sumatera Utara

Hutan Batangtoru ± 168.658 hektar. Didalamnya termasuk : Hutan Lindung Sibolga (1.875 Ha), Cagar Alam Sibual Buali (5.000 Ha), Cagar Alam Dolok Sipirok (6.970 Ha), Mencakup hutan Batang Toru Blok Barat dan Blok Hutan Sarulla Timur Provinsi Sumatra Utara, sebelah Selatan Danau Toba. Total habitat alami yang ada meliputi kira-kira 150.000 hektar. Secara geografis Terletak di Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Tapanuli Tengah Provinsi Sumatra Utara.

Pesona Alam - Kawasan hutan alam Batang Toru termasuk tipe hutan pegunungan rendah, hutan gambut pada ketinggian 900 – 1000 mdpl, hutan batu kapur, hutan berlumut (seperti di pegunungan tinggi), dan juga bias ditemukan beberapa belang (rawa) di ketinggian 800 mdpl. Tipe ekosistem mulai dari hutan dataran rendah, perbukitan hingga pegunungan ini merupakan habitat yang potensial bagi berbagai jenis burung dari famili Bucerotidae, yang dikenal dengan sebutan Rangkong, Julang dan Kangkareng. Terdapat 45 jenis burung rangkong yang tersebar luas di seluruh dunia. Di Indonesia terdapat 13 jenis yang terdiri dari 7 genus, yaitu Annorhinus, Penelopides, Berenicornis, Rhyticeros, Anthracoceros, Buceros, dan Rhinoplax yang tersebar luas di hutan-hutan Sumatera (9 jenis), Jawa (3 jenis), Kalimantan (8 jenis), Sulawesi (2 jenis) dan Irian Jaya (1 jenis) (Sukmantoro dkk, 2007).

Hutan hujan primer mendominasi tutupan vegetasi, yang mengakar di lereng bukit curam dengan kemiringan lebih dari 60 persen. Cakupan hutan Batang Toru sedikitnya memiliki enam tipe habitat utama, yaitu hutan montana, hutan lumut (di atas 620 meter di atas permukaan laut), hutan lembab lereng bukit (area dominan antara 200- 600 meter di atas permukaan laut), hutan dataran rendah, karang dan lereng, hutan sekunder, dan hutan di tepi sungai/hutan riparian. Jenis habitat yang berbeda ini menciptakan suatu habitat yang cocok untuk populasi Rangkong dengan menyediakan kebutuhan utama mereka, seperti sumberdaya makanan, lokasi bersarang, ruang untuk pergerakan musiman dan arboreal, seperti halnya hubungan sosial dan perlindungan dari pemangsa mereka.

Secara keseluruhan, komposisi pohon di kawasan hutan Batang Toru lebih banyak ditumbuhi oleh suku pohon Sapotaceae, Fagaceae, Dipterocarpaceae, Myrtaceae, Anacardiaceae, Casuarinaceae, Podocarpaceae, Lauraceae, Euphorbiaceae dan Theaceae. Jenis-jenis pohon tersebut tumbuh tinggi hingga 60 m. Data awal dari cakupan hutan Batang Toru menyatakan bahwa Batang Toru mengandung sebagian dari keanekaragaman tumbuhan vaskuler tingkat tinggi, dengan 685 jenis berbeda yang tergolong dalam 85 suku. Dari jumlah total vegetasi ini, 138 jenis adalah sumber makanan berbagai spesies hewan aboreal termasuk jenis burung.

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Lembaga Sipirok Lestari_Indonesia hutan Batangtoru adalah rumah bagi suatu variasi yang kaya dari spesies-spesies Sumatran – terutama sekali binatang menyusui, burung-burung dan tumbuhan – yang saat ini kondisinya terancam. 67 Jenis binatang menyusui, 287 jenis burung dan 110 herpetofauna telah teridentifikasi di area ini.Dari total jumlah binatang menyusui, duapuluh jenis diantaranya dilindungi di bawah hukum Indonesia dan duabelas terancam punah menurut kategori IUCN dan 14 jenis masuk dalam kategori CITES.

Adapun jenis burung terancam punah adalah famili Bucerotidae, yang dikenal dengan sebutan Rangkong, Julang dan Kangkareng. Terdapat 45 jenis burung rangkong yang tersebar luas di seluruh dunia. Di Indonesia terdapat 13 jenis yang terdiri dari 7 genus, yaitu Annorhinus, Penelopides, Berenicornis, Rhyticeros, Anthracoceros, Buceros, dan Rhinoplax yang tersebar luas di hutan-hutan Sumatera (9 jenis), diantaranya yang termasuk dalam kategori diambang punah adalah Rangkong Gading (Rhinoplax vigil). Dari 1.700 burung yang dimiliki Indonesia, 51 jenis dilindungi di bawah hukum Indonesia dan 61 terancam punah secara global dan masuk kedalam kategori IUCN.

Rangkong gading (Rhinoplax vigil) merupakan satu-satunya jenis rangkong yang memiliki balung/cula (casque) penuh berisi, bahkan 13 persen berat tubuhnya terdapat pada balung tersebut dimana struktur materinya setara dengan gading gajah. Oleh sebab itu, penamaan rangkong jenis Rhinoplax vigil terinspirasi dari balungnya yang memiliki kemiripan dengan gading gajah.

Umumnya burung Rangkong memiliki ukuran tubuh yang besar. Berdasarkan pengamatan di hutan Batangtoru panjang total badan burung Rangkong bervariasi antara 65-170 cm dengan berat tubuh 290-4200 gram. Umumnya, semua jenis burung ini mempunyai paruh panjang dan ringan, bekerja seperti sepasang penjepit untuk menangkap atau mengambil makanan dengan cepat menggunakan ujungnya, kemudian memasukkannya ke dalam tenggorokan. Burung Rangkong lebih memilih makanan yang ada di atas pohon (arboreal) di hutan jarang dijumpai memakan buah-buahan di atas tanah.

Jenis kelamin burung Rangkong dewasa dapat diketahui berdasarkan perbedaan warna balung, warna sayap, paruh, mata dan ukuran tubuh. Rangkong jantan memiliki ukuran tubuh lebih besar dibandingkan betina. Seluruh tubuh satwa ini tertutup bulu berwarna hitam, abu-abu, dan putih, dengan sedikit variasi warna pada bagian kulit leher, kepala, dan lingkar mata. Tiap jenis berbeda-beda, dan perbedaannya ada pada warna bulu, warna balung, bentuk dan ukuran balung.

Keistimewaan burung Rangkong Gading diidentifikasi dari suara dan kepakan sayap yang cukup keras. Suara rangkong gading menyerupai orang tertawa dan dapat terdengar hingga jarak 3 kilometer. Kemampuan tersebut dikarenakan balung pada rangkong gading memiliki struktur berongga yang disinyalir sebagai ruang resonansi suara (Haimoff, 1987).

Penurunan populasi dialam secara alami dipengaruhi oleh sifat dan karakter satwa ini yang monogamis, hanya dapat menghasilkan satu anakan dalam satu keturunannya. Selain itu, semakin sulitnya mencari pohon tinggi berlobang alami (± 50 meter s/d 60 meter ) untuk membuat bersarang. Pohon yang dipilih adalah pohon besar dan berlubang alami dengan bonggol khas di depannya. Saat menemukan lubang sarang, sang betina akan mengurung diri. Lubang ditutup menggunakan lumpur dan material lain, hanya menyisakan celah sempit untuk mengambil hantaran makanan sang jantan. Dengan cara itu, suhu dan kebersihan sarang terjaga. Prosesi ini berlangsung sekitar 180 hari bagi pasangan rangkong gading untuk menghasilkan satu anak.

Selama bersarang, bulu sang betina meluruh (moulting) yang nantinya berfungsi sebagai alas sekaligus menjaga kehangatan telur. Kondisi ini menjadikan sang betina tidak dapat terbang sampai sang anak siap keluar sarang. selama bertelur, rangkong gading betina akan mengurung dirinya di sarang dan bulunya meluruh untuk dijadikan alas yang menjaga kehangatan telur. Kondisi ini membuat betina tidak bisa terbang sampai anak siap keluar dari sarang. Keluarga rangkong gading pun harus bergantung pada jantan untuk menghantarkan makanan. Jadi, bisa dikatakan bahwa membunuh satu ekor jantan rangkong gading sama dengan membunuh satu keluarga rangkong gading di alam.

Rangkong Gading sangat membutuhkan hutan, seperti hutan itu membutuhkan Rangkong Gading untuk memencar biji pepohonan hutan membentuk vegetasi yang rapat dan tinggi potensial sebagai sarang jenis burung Rangkong dan rumah bagi mahluk hidup lainnya. Kondisi hutan yang rusak secara langsung akan mengancam keberlagsungan hidup Rangkong Gading, karena burung ini tidak mudah dikembangbiakkan di penangkaran, selain membiarkan kehidupannya bebas dalam hutan primer. Karakter khusus yang dimilikinya mengakibatkan sulitnya upaya konservasi yang dapat dilakukan, sarang tidak dapat dibuat secara sembarangan, serta upaya proteksi dan pengawasan yang sangat sulit untuk dilakukan.

Hingga saat ini upaya konservasi Rangkong Gading masih menemui hambatan. Program yang ada belum maksimal. Kegiatan penyadartahuan serta aspek pembiayaan dan pendanaan dari program-program tersebut pun masih kecil. Selain itu Tingginya aktivitas pembukaan hutan untuk penggunaan lain serta minimnya pengawasan terhadap aktivitas perburuan akan menjadi penyebab kepunahan Rangkong Gading.

Penulis: Lembaga Sipirok Lestari Indonesia